Jumat, 01 November 2013

Desa Wanahayu, Desa yang Permai


DESA WANAHAYU
Kecamatan Maja, Kab Majalengka, Jawa Barat, Indonesia

Penulis: Cecep Dudi Akasyah

SEJARAH DESA WANAHAYU

Oleh: Cecep Dudi Akasyah

Wanahayu berasal dari dua suku kata, yaitu Wana dan Ayu. Wana artinya Hutan, kebun, perkebunan (inggris=park, arab=jannah). Ayu artinya cantik (inggris=beauty atau arab=jamiilah), indah, asri, alami, atau pesona. Hutan yang indah, perkebunan yang asri nan sejuk. Dengan demikian, Wanahayu artinya Kebun yang indah (beautiful park, aljannatul jamiilah).
Dalam sejarahnya, Wanahayu memiliki tradisi agama Islam yang kuat, hal ini ditandai dengan adanya makam keramat ulama, makam kabuyutan. Keberadaan Wanahayu sudah cukup tua jika dilihat dari rentetan sejarah di Indonesia.
Salah satu buktinya adalah akses jalan Wanahayu yang sangat tua, hampir sejajar dengan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Barat yang notabene termasuk sejarah tua di Indonesia. Jalan Wanahayu merupakan akses jalan yang menghubungkan kerajaan di wilayah Rajagaluh, Majalengka, Talaga, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang Larang. Daerah Wanahayu merupakan jalur penting yang menghubungkan wilayah tersebut.
Penduduk Wanahayu merupakan pendudukan yang sudah menetap lama. Banyak saksi hidup masih suka menceritakan Ratu Wihelmina (Belanda), masa Jepang, hingga setelah masa kemerdekaan.
Kenapa, hanya di sini yang disebut Wanahayu? Jika kita menelusuri dari arah Majalengka, kemudian Maja, setelah itu menelusuri jalan cukup jauh, sepanjang itu sangat sulit ditemukan air, misalnya sepanjang jalan cikebo tak jua dijumpai air (mata air), namun ketika memasuki Wanahayu (Blok Minggu dan Blok Saptu, Babakan) maka disana ditemukanlah mata air. Hutan atau kebun akan terasa sangat indah jika memiliki mata air.
Di Wanahayu, ketersediaan air telah mencukupi sehingga tidak harus meminta (ngulur) ke desa lain atau kampung tetangga, hal inilah kenapa disebut hutan yang indah (Wanahayu).
Dalam sejarah di wilayah mana pun, bahkan negara sekali pun, faktor ketersediaan air selalu menjadi faktor utama. Di negara-negara gurun pasir, dimana ada mata air maka di situ berdiri kampung atau kota. Di Afrika, sepanjang sungai nil berdiri kota-kota besar, demikian juga di Bagdad (Iraq) kota tersebut diapit oleh sungai Tigris dan Efrat.
Jalur dari Desa Maja menuju ke arah Talaga, terdapat perjalanan yang susah air (setelah dusun karang sari dan sepanjang cikebo) sehingga saat menjumpai Wanahayu tampaklah mata air yang segar yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga sebutan yang elok yaitu kebun indah (wanahayu) disematkan padanya.
Nama Wanahayu merupakan nama indah dan unik, kenapa? Indah dilihat dari paduan kata dan unik sebab nama "Desa Wanahayu" tak ada nama kembar di desa yang ada di Indonesia (apalagi dunia), nama Desa Wanahayu merupakan nama yang "khas" untuk menunjukan suatu wilayah di desa yang kita cintai ini.
Sebelum jaman Belanda, di Wanahayu ini terdapat para ulama yang mensyiarkan Islam. Hal ini didukung juga oleh berlalu-lalangnya para pensyiar agama Islam dari berbagai kerajaan di Jawa Barat yang melakukan rihlah (perjalanan) dan dakwah, jalur Wanahayu juga merupakan jalur (jalan) utama wilayah yang mengelilingi gunung Ciremai, disamping jalur penghubung antara Cirebon, Ciamis, Tasik, dan sekitarnya.
Pada jaman Belanda, Wanahayu sudah eksis, bahkan dari jaman Sunan Gunung Jati Cirebon, Wanahayu sudah ada dan menjadi jalur penting penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat.
Memang perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara lebih detail, termasuk penanggalan berdasarkan korelasi dengan prasasti atau peninggalan kuno. Di Wanahayu, secara kasat mata, sedikitnya ada empat fakta yang dapat diteliti, yaitu: (1) Berapa kepadatan tanah yang digunakan jalan raya, sebab jalan tersebut berusia sangat tua (2) Terdapat "Sasak Bodas" di Blok Minggu, berapa usia jembatan tersebut (3) Terdapat tugu di pilar (di atas bukit blok Saptu) perlu ditelusuri. (4) Makam Cikabuyutan, perlu ditelusuri saksi hidup atau dari sumber yang lain.
Intinya, Desa Wanahayu merupakan wilayah dakwahnya para wali, para ulama, para ajengan, para santri, sepatutnya bagi generasi penerus untuk melanjutkan amanah dari agama Islam.
Wilayah Jawa Barat termasuk provinsi yang kuat ajaran Islamnya maka sudah sepantasnya jika generasi penerusnya berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Islam. Taat solat, rajin ngaji, jauhi maksiyat sareng rajin sodakoh.

Wallahu a'lam bish showab

Cecep Dudi Akasyah bin Haji Ihsan Fauzan

========================================

WANAHAYU,  DESA YANG PERMAI
Keindahan Panorama Desa Wanahayu
Wilujeng Sumping (selamat datang) di Desa Wanahayu.
Pemandangan didominasi oleh pesawahan dan perkebunan. Pohon-pohon berdiri hijau dengan kokohnya. Rumah-rumah berada di daerah perbukitan. Jalannya berkelok-kelok menanjak dan menurun. Bagi yang suka dengan pemandangan Asri maka desa ini penuh dengan panorama indah, bukit-bukit, perkebunan hijau, dan pesawahan, maka akan membuat betah siapa saja yang tinggal di sana.
Terdapat jalan raya yang menghubungkan (sebelah selatan) antara Kabupaten Majalengka dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Ciamis (melalui Maja-Talaga-Cikijing). Jika anda naik kendaraan dari arah utara saat memasuki Blok Desa Wanahayu maka tampak di sebelah kiri jalan bukit dan sebelah kanan pesawahan. Demikian juga rumah warga, sebelah kiri jalan maka rumah ada di atas dan sebelah kanannya rumah ada di bawah. Kita disuguhi pemandangan alam tiada duanya.
Jalan yang melewati Desa Wanahayu merupakan jalan provinsi. Merupakan jalan penghubung antar Kabupaten di wilayah Jawa Barat sebelah Timur, seperti: Kabupaten Majalengka, Kuningan Cirebon, Ciamis, Tasikmalaya. Seringkali menjadi jalan alternatif tujuan ke Jawa Tengah, demikian juga sebaliknya.
Penduduknya 100 persen beragama Islam. Patuh dengan keislamannya. Kegiatan Pengajiannya semarak sehingga menambah kesejukan. Tidak hanya fisik yang sejuk melainkan juga berhati sejuk.
Babakan Wanahayu
Penulis (Cecep Dudi) tinggal di Babakan Wanahayu. Di Babakan terdapat dua blok (Wilayah), yaitu Blok Sabtu dan Blok Minggu. Penulis tinggal di Blok Minggu.
Suasana kampung yang sejuk merupakan anugerah Allah SWT yang patut disyukuri. Makna syukur adalah mempergunakan nikmat tersebut untuk mencari ridha-Nya. Melihat pemandangan di depan mata, pepohonan hijau, dan langit bersih, membuat kita semakin mengakui terhadap keagungan Allah SWT. Alam yang terhampar membuat kita semakin bertaqarub kepada-Nya.
Terdapat dua Mushola di Babakan, yaitu Mushola Al-Ikhlas dan Mushola Al-Hidayah. Masih ingat saat saya masih kecil, kedua mushola itu selalu memberi kontribusi bagi anak bangsa. Mengajari ngaji dan ilmu keislaman lainnya.
Orang tua saya juga, selalu giat memberi bekal ilmu kepada saya, saudara, dan putra-putri masyarakat di Blok Minggu dan Blok Saptu, bahkan banyak pula anak-anak yang datang dari Sukaresmi dan Blok Desa. Bagi saya sendiri, memandang Babakan Wanahayu lebih kepada sisi keilmuan dan keislaman. Hal ini patut disyukuri dan dipertahankan agar kampung kita menjadi kampung berkah, betah, tumaninah, tur hegar manah.
Masyarakat Blok Sabtu dan Blok Minggu
Memberi Santunan Bulanan kepada Para Yatim, Dhuafa, dan Syiar Islam
Di kampung Babakan (Blok Minggu dan Blok Saptu), setelah disurvey terdapat 16 anak yatim, 4 orang dhuafa, dan dua mushola besar. Uang sedekah warga digabung dalam Baitulmaal Babakan. Alhamdulillah melalui Baitulmaal masyarakat Blok Minggu dan Blok Saptu kompak dan semangat menyisihkan sebahagian rezekinya untuk memberi santunan bulanan kepada para dhuafa (santunan untuk yatim dan dhuafa besarannya Rp 10.000 per orang per bulan). Sebagiannya lagi untuk membantu listrik Mushola, membantu renovasi masjid, dan bantuan uang duka. Meskipun bantuannya tidak seberapa, tetapi mudah-mudahan darinya melahirkan kebahagiaan dan ikatan persaudaraan antar satu warga dengan warga yang lainnya sehingga rahmat Allah melingkupi kita semuanya.
Penutup
Perkebunan, pesawahan, bukit, dan mata air yang membuat sejuk suasana kemudian disambut oleh masyarakatnya yang gemar sedekah, peduli dan taat kepada Allah SWT; melalui hal tersebut maka terwujudlah kampung ideal, seimbang antara jasmani dan rohani, dan bismillah, kita bersiap-sedia untuk memberi kontribusi yang semakin baik lagi di masa yang akan datang.
@Cecep Dudi bin H. Ihsan, Blok Minggu

RENUNGAN
Alam yang indah, seringkali aku tak menolehnya, seperti tak ada faidahnya sama sekali, itulah perkataan di saat aku masih bodoh.
Sebelumnya, aku tak pernah memandang langit yang biru nan jernih, sepertinya aku buta sehingga tak mampu memandang langit, padahal langit begitu luasnya
Dulu, hatiku tandus, seperti tanpa mata air, padahal mata air di perkampunganku berlimpah. Mengapa kamu tak mampu membuat mata air di hatimu sendiri? Mengapa hatimu tandus?
Sadarlah, bahwa kampungmu yang sejuk merupakan anugerah Allah SWT? Lalu, mengapa kamu lupakan Allah, bukankah sebaiknya kamu berterima kasih kepada Allah melalui syukur, ibadah, dan amal salih?
Aku berharap, kampungku menjadi kampung yang indah, berkah, dan dari kampong ini tersebar cahaya gembira bagi orang-orang yang taat kepada-Nya…
Salam Silaturahmi: Cecep Dudi bin Haji Ihsan
Maret 2012 M / Rabiul Akhir 1433 H


--------------------------------------------------------------------------------------------------

DESA WANAHAYU,
Jejak Para Ulama

Oleh : Cecep Dudi Akasyah
  
Menurut keterangan ayah, sekaligus Guru Utama bagi saya, yaitu Mama KH Ihsan Fauzan, Desa Wanahayu jaman dulu menjadi pusat mengaji. Pengajian disampaikan oleh Ulama kharismatik yaitu Alm. KH Sobari. Banyak santri dari berbagai desa menuntut ilmu ke KH Sobari. Kemudian sekarang para muridnya menjadi para kyai, ajengan, atau tokoh agama di berbagai kampung. Murid KH Sobari berasal dari Desa Wanahayu, Desa Cihaur, Sukaresmi, Kebon Wana, Bantarangsana, dan banyak dari kampung yang lainnya.
Saya juga sempat bertemu dengan KH Sobari disaat umur saya masih 5 tahun, ketika saya diajak shalat oleh ayah (Mama KH Ihsan Fauzan).
Yang saya ingat saat KH Sobari memimpin shalat Jumat selalu menyampaikan Surat Al-Ghasyiyah dan Surat Al-A'la, saya terkesan membacanya sangat fasih. Meski saat itu usiaku baru 5 tahun namun sampai sekarang gaya membacanya masih saya ingat.
Setelah KH Sobari wafat, ada juga ulama kharismatik dari Desa Wanahayu, yaitu Kyai/Ajengan Budi. Lebih dikenal dengan nama Kyai Budi, majlis taklimnya di Blok Rebo. Sebelah selatan masjid jami'.
Pengajian di Kyai Budi banyak diikuti oleh para kyai dari berbagai kampung, desa, dan luar kecamatan. Saat mengikuti pengajian para jamaah yang notabene adalah para kyai, mereka membawa Kitab Kuning, dalam bahasa pesantren sunda dinamai "ngahafsahan" yaitu memberi harkat, makna kepada kata atau lafadz tertentu dalam kitab gundul.
Pengajian dilaksanakan setiap Hari Rabu. Ayah saya (Mama KH Ihsan Fauzan) sering mengisi pengajian. Jika sekolah sedang libur saya suka diajak untuk ikut taklim, sambil membawakan tas ayah yang penuh berisi kitab kuning dan alat tulis. Kini, Kyai Budi telah tiada, demikian Ayah saya juga telah menghadap Allah SWT, tetapi bekasnya tetap kuat dalam ingatan saya dan menjadi motivasi untuk mensyiarkan syiar Islam dimanapun kita berada.
Potensi Desa Wanahayu adalah pertanian, perkebunan, dan peternakan. Tapi jangan lupa, Wanahayu juga strategis untuk pengembangan lembaga pendidikan. Apalagi jika kita melihat sejarah para sesepuh Wanahayu yang telah menggoreskan tinta emas sebagai guru dan sesepuhnya para ajengan dari berbagai tempat.
Kuncinya adalah istiqomah, pengembangan diri, optimisme, niat ibadah, dan keyakinan, maka Allah akan memberi jalan (makhroja) dan bantuan, selamat untuk Desa Wanahayu dan Sekitarnya.
Saya terkesan dengan Desa Wanahayu yaitu saat saya menuntut ilmu dibimbing oleh ayah dan ibu. Beliau juga memiliki banyak murid. Meski berupa pengajian sederhana namun pelajaran yang disampaikan sangat bermanfaat. Saya ikut pengajian magrib sampai isya, dilanjutkan setelah isya sampai jam 20.00. Kemudian setelah subuh sampai jam 05.30. Saya beserta murid lainnya belajar berbagai ilmu keislaman, dasar-dasar ibadah, dan dasar-dasar ilmu. Kemudian ada juga latihan pidato setiap jumat malam, lomba cerdas cermat, MTQ dan sebagainya.


--------------------------------------------------------------------------------------------------


KAMPUNG BABAKAN DESA WANAHAYU

Oleh : Cecep Dudi Akasyah
Saya lahir di Wanahayu, Kec. Maja, Kab. Majalengka. Nama saya, Dudi Akasyah. Kalau keluarga dan warga Desa Wanahayu biasa menyebut saya “Cecep” (panggilan kesayangan orang sunda), dulu nama lengkapnya Cecep Dudi Akasyah. Entah kenapa, saat orang tua mengantar saya daftar di Sekolah Dasar (SDN Wanahayu), petugas menulis “hanya” Dudi Akasyah. Pernah saat mau lulus dari kelas 6, saya menyampaikan ke Pak Guru agar nama saya saat di ijazah yaitu Cecep dudi Akasyah. Kata Pak Guru, “Udah, lebih keren Dudi Akasyah,” begitu kata Pak Guru J aya-aya wae Pak Guru. Begitulah sekilas tentang asal-usul nama. Oh iya, mumpung masih ingat, kalau teman-teman SLTP dst (di luar lembur sim abdi), mereka umumnya memanggul, eh memanggil saya “Dudi,” makanya ketika mereka mau berkunjung ke rumah, mereka suka bertanya ke warga “punten dimana bumina Dudi? (permisi, dimana rumahnya Dudi?).Kebanyakan warga kebingungan, kecuali saat ditanya sekolah saya, baru para warga Wanahayu mengetahui: “Oh, Cecep putra Bapak Haji Ihsan, sumuhun terang, ituh nu bumina di handapeun jalan, caket kebon cengkeh.” J
Guru utama saya adalah Ayah dan Ibu yaitu KH. Ihsan Fauzan dan Hj. Siti Ruqoyah. Saya dibimbing mengaji, membaca, Al-Qur’an dan kajian kitab kuning, saya mendapatkan ilmu dari beliau. Saya mempunyai 2 (dua) kaka dan 6 (enam) adik. Total Ibnu Ihsan, ada 9 saudara. Alhamdulillah, mereka hebat-hebat. Inilah Ibnu Ihsan (1) Ceu Enok (2) Ceu Endeh (3) Saya  (4) Deden (5) Neng Ai (6) Dea (7) De Ayip (8) De Lilim (9) Yayang. Mohon maaf, foto keluarganya belum dibuat, hehe.
 Sejak tahun 2000, saya kerja di Jakarta. Tahun 2007 menikah dengan istri tercinta (Dinda Euis), sekarang  (2014) telah dikaruniai 2 buah hati, yaitu Putri Aisya dan De Alya. Sampai sekarang saya tinggal di Jakarta. Sampai kapan mau tinggal di Jakarta? Hehe. Nanti saya mau tinggal di luar negeri J. Wiraswasta juga khan “luar negeri” yaa, hehe.
Kalau ada yang bertanya kampung saya dimana? Saya menjawab: Wanahayu. Tapi sekarang, sudah ada kampung satu lagi yaitu Cipicung, sebab Istri saya dari Desa Cipicung, Kec Maja. (Cipicung juga tanah leluhur ibu saya lho). Jadi saya bisa menjadi delegasi dari Desa Wanahayu dan Desa Cipicung, hehe. Kalau KTP-nya dari mana? Ka té pé jakarté héhé.
Sekarang, saya pulang kampung, rutinnya 1 tahun sekali, saat lebaran. Tetapi sewaktu-waktu suka pulang kampung, meski hanya beberapa jam saja. Sekalian ziarah ke makam ayahanda tercinta. Saat nyekar saya ditemani ibu, sebab istri mengasuh anak yang masih kecil-kecil.
 Alhamdulillah, saya di Jakarta merasakan seperti di kampung halaman sendiri. Banyak sahabat, majlis ilmu, banyak jamaah, dan ada beberapa amanah yang perlu saya kerjakan.
Meskipun demikian, saya selalu ingat ke kampung halaman, tepatnya di Blok Minggu, Desa Wanahayu, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.
Pertanyaannya, apa yang sudah dilakukan untuk kampung halaman? Telah memberi apa untuk kampung halaman? Sumbangsih apa yang telah diberikan untuk kampung halaman?
Saya mencoba untuk memfasilitasi di kampung saya  untuk menyantuni yatim piatu, dhuafa, dan syiar Islam, khususnya di sekitar rumah orang-tua (KH Ihsan Fauzan), yaitu di Blok Minggu&Blok Saptu (Babakan) Desa Wanahayu. Saya bersama dengan saudara-saudara seperjuangan mendirikan Baitul Maal Al-Islam Babakan Wanahayu.
Baitul Maal Al-Islam Babakan Wanahayu
Kampung Babakan (Blok Minggu dan Blok Saptu) Desa Wanahayu, sebenarnya kampung ini tidak begitu besar. Jumlah rumah sekitar 100 rumah. Adapun jumlah yatim-piatu di kampung kami sejumlah 16 anak yatim/piatu dan 4 orang dhuafa. Kegiatan keislaman diselenggarakan di Mushola Al-Ikhlas dan Mushola Al-Hidayah. Saat shalat Jumat kami melaksanakannya di Masjid Desa Wanahayu, kami biasa menyebutnya “Masjid Kidul” sebab dari kampung kami berada di sebelah selatan, sekitar 500 meter.
Saya berterima kasih sebab ada beberapa saudara seagama yang bekerjasama mendirikan Baitul Maal, yaitu Bapak H. Emo, Ayip, dan yang lainnya. Kegiatan Baitul Maal dimulai dari menyebarkan kencleng ke rumah warga, setiap bulannya dicek petugas, kemudian hasilnya diberikan kepada para yatim piatu dan dhuafa yang ada di kampung kami. Awalnya yang bertugas mengecek kencleng adalah Ayip, tetapi beliau mondok dulu ke pesantren di Surabaya, petugas beralih ke Bibi Ito, Bi Nani, dan Bi Oom. Kemudian dilanjutkan oleh Opi, namun karena Opi ada kesibukan di Cirebon akhirnya petugas lapangan beralih ke Ayip yang baru selesai mondok dari Surabaya.
Setiap bulan Baitul Maal menerima amanah (sedekah) dari warga yaitu rata-rata Rp 250.000 per bulan. Setiap Yatim dan dhuafa mendapat Rp 10.000 per orang per bulan. Kami juga menyumbang tajug (Al-Ikhlas dan Al-Hidayah) besarnya Rp 20.000 per tajug per bulan.
Kegiatan Baitul Maal di kampung Babakan telah  berjalan sekitar 4 tahun (sejak tahun 2010). Sisa dari pengeluaran s.d. Januari 2014 adalah Rp. 2.030.000,-
Memberikan Sumbangsih untuk Kampung Halaman: Sebuah Renungan  
Saya ingin memberikan sumbangsih untuk Kampung Babakan Desa Wanahayu, Maja, Majalengka. Sudah hampir 14 tahun saya bersama anak istri di Jakarta.
Tekad itu tetap ada, bahwa saya bisa memberikan sumbangsih untuk kampung halaman. Yang pertama, doa, kemudian setahap demi setahap dalam bentuk aksi atau karya nyata. Allah Taala tentu memberi jalan selama kita mempunyai niat dan pelaksanaan istiqamah. Ada orang yang memberi bantuan untuk kampungnya dengan sumbangan yang besar sekaligus dan ada pula yang membantu secara bertahap, semuanya bagus.
Rumah H Ihsan Fauzan Sekeluarga
Rumah kami (Rumah orang tua kami) sejak dulu selalu menjadi tempat belajar mengaji anak-anak. Saya pada saat itu usia kelas 3 Sekolah Dasar. Teman-teman berdatangan ke rumah dari magrib sampai isya. Santri banyak yang hadir, bahkan dari kampung Sukaresmi pun banyak yang datang, serta dari Blok Desa pun anak-anak banyak yang mengaji ke rumah, hal ini terjadi sekitar tahun 1989.
Khusus untuk putra-putri KH Ihsan, yang saya rasakan pada saat itu, sangat padat dengan kegiatan mengaji, seperti sesudah subuh, setelah dzuhur, dan ba’da magrib.
Kini, tahun 2014 di rumah kami menyelenggarakan Majlis Taklim Ibu-Ibu tiap hari senin, biasa disebut “senenan.” Idenya bermula dari usulan adik saya yaitu Ustadz Deden yang didukung oleh orang tua dan kami sebagai saudara-saudaranya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------

BAITUL MAAL

Babakan Wanahayu

 

Cecep Dudi Akasyah bin H Ihsan Fauzan


Baitul Maal Al-Islam Babakan Wanahayu terletak di Desa Wanahayu, Kec. Maja, Kab. Majalengka, Jawa Barat, Indonesia.

Berdiri tahun 2010, sampai sekarang telah berjalan hampir 4 tahun. Berdirinya Baitul Maal bermula dari niat membantu para yatim yang ada di kampung kami, anak yatim berjumlah 14 orang dan dhuafa 4 orang.

Ada dua tugas berat kami, yang pertama adalah saat merintis dan mendirikan. Kedua, saat mempertahankan agar baitul maal tetap eksis dan berjalan sebagaimana mestinya. 

Pada awal berdirinya, kami mengumpulkan para yatim, alhamdulillah ada muzakki yang memfasilitasi. Kami bertemu, bertatap muka dan kami berdoa semoga silaturahmi dengan para yatim tetap terjalin.

Dalam perjalanannya, Baitul Maal, dihadapkan pada keterbatasan personel/petugas. Ada yang aktif kemudian pindah karena melanjutkan sekolah, ada juga karena sibuk ke sawah, ada juga yang berhalangan, dan sebagainya, namun alhamdulillah, Allah selalu memberikan bantuan di saat kami membutuhkan bantuan para petugas untuk mengecek kotak ke rumah-rumah dan membagikannya kepada para mustahik.

Sungguh mulia para petugas di lapangan, sebab tanpa mereka maka para yatim dan dhuafa tidak akan memperoleh perhatian.

Dalam pandangan kami, suatu kampung yang berkah adalah yang dapat bersinergi, yatim dibantu, dhuafa diperhatikan, intinya mereka mendapat perhatian, kita memberikan bukti bahwa kita menyayangi dan simpatik kepada mereka. Allah berfirman: “Tahukah kamu, siapakah orangnya yang mendustakan agama, yaitu mereka yang menelantarkan yatim dan tak mau memberi makan orang miskin (Al-Qur’an Surat Al-Ma’un ayat 3)

Dari 100 rumah, yang berpartisipasi dalam kegiatan Baitul Maal adalah sekitar 40 rumah. Kami mendoakan semoga para muzakki diberikan mudah rezeki, panjang umur, pahala berliipat-ganda, dan dijauhkan dari bala bencana. Semoga seluruh masyarakat Babakan memperoleh berkah dari Allah SWT dan semoga para yatim kelak tumbuh menjadi putra/putri yang salih dan salihah.

Suatu amaliyah dapat berjalan-tidaknya adalah bertumpu kepada kita. Jika kita punya semangat maka Allah akan memberi jalan, sebaliknya jika kita sudah “menyerah” duluan maka Allah tak akan membantu.

Kita harus fokus kepada Allah, tak ada yang dilihat kecuali ridho-Nya, tak ada yang diharapkan kecuali pahala dari-Nya. Gelorakan semangat dan camkan, bahwa jika kita tidak bergerak maka 16 yatim yang ada di kampung kita tak ada lagi yang mengirim hadiah untuk mereka.

Alhamdulillah, para warga menyambut baik adanya program Baitul Maal. Ada di antaranya warga yang menunggu-nunggu kotak di rumahnya di cek oleh petugas. Mereka juga menyampaikan terima kasihnya sebab melalui kotak maka uang receh dapat sangat berguna sebab di gabungkan dengan uang receh warga yang lainnya. Betul, bahwa semua orang sebenarnya ingin membantu para yatim yang ada di lingkungannya, namun karena tak ada yang memfasilitasi maka keinginan tersebut tak terwujud, Baitul Maal hadir untuk memfasilitasinya.  

Kami ingin kampung kami, secara bertahap dapat berkembang menjadi kampung semarak dengan syiar Islam. Tentu semuanya itu membutuhkan proses, step by step, kesungguhan, berpijak kepada niat lillahi ta’ala, sabar, syukur dan istiqomah.

Kami melihat bahwa majlis taklim di babakan mulai semarak. Pada tahun 2012, Majlis Taklim di Babakan, yaitu (1) Majlis Taklim Al-Ihsan, setiap hari senin jam 14.00 s.d. 15.30 WIB bertempat di rumah KH Ihsan Fauzan. (2) Majlis Taklim Al-Ikhlash, setiap Jumat  pagi jam 08.00 s.d. 10.00 WIB. (3) Majlis Taklim Al-Hidayah, setiap Jumat jam 13.00 s.d. 15.00 WIB. Alhamdulillah jamaah yang hadir datang dari berbagai kampung/desa, penceramah yang hadir pun berasal dari berbagai desa. Adapun untuk pengajian anak-anak (TPA) yaitu setiap malam dari magrib sampai Isya. Seingat saya, para santri dari Babakan banyak yang berhasil, semoga mereka nanti menjadi para salihin dan salihat, amin ya Robb.


--------------------------------------------------------------------------------------------------


DESTINASI WISATA
(Tujuan Wisata)

Oleh: Cecep Dudi Akasyah

Bagi yang suka melancong, di Babakan Wanahayu terdapat beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi. Bagi yang suka pemandangan dapat mengunjungi Pilar View, Top View, Little Canyon dan Garahaji Park. Untuk yang menyukai sejarah dapat melihat Bridge White.
Top View
Kita dapat berada pada titik tertinggi di kampung Babakan. Letaknya di Blok Saptu, dari jalan raya kita jalan kaki menanjak, melewati Mushola Al-Hidayah, kemudian menanjak lagi. Jalan menanjak sekitar 45 derajat. Sampai ke rumah Bapak Sarkowi, kemudian menaiki tanjakan lagi sehingga sampai di rumahnya Ceu Prihatin. Dari sana berjalan menanjak lagi. Sampailah di Top View. Jika tak terhalang pepohonan kita akan melihat jalan raya berada di bawah kita.
White Bridge
Adalah Sasak Bodas. Letaknya di Sungai Cisuluheun. Tapi airnya hanya sedikit, membentuk jurang, seperti Little Canyon. Dulu saat saya pulang sekolah SD Wanahayu. Saya dan teman-teman yang berasal dari Blok Minggu dan Sukaresmi suka lewat Sasak Bodas.
Konstruksi Sasak Bodas simpel, tak ada pagar di kedua sisinya, lebar sekitar 2 meter. Bahannya dari batu, kapur, dsb. Gayanya melengkung (cembung). Lengkungan akan terlihat jika melihat dari sungai. Menurut keterangan Sasak Bodas dibangun pada jaman Belanda. Meskipun demikian saya melihat jembatan itu kokoh. Jika ada peneliti, sangat bagus jika ditelusuri kapan jembatan itu didirikan. Apalagi konstruksi jembatan itu masih alami, belum tersentuh alat jaman sekarang.
Garahaji Park
Garahaji merupakan hutan alami. Jaraknya sekitar 2 km dari jalan raya Blok Babakan. Kita akan melewati pematang sawah yang terhampar indah. Jalan setapak menuntun kita menyaksikan panorama alam yang asri. Perpaduan antara sawah dan tebing alam seolah menemani perjalanan menuju Garahaji Park.
Pilar View
Pilar Vew terletak di tempat tinggi di Babakan. Di puncak itu terdapat tugu. Untuk mencapai lokasi kita harus berjalan menanjak. Lutut kita perlu disiapkan agar tidak pegal saat berjalan menanjak. Sebelum sampai ke puncak Pilar, kita akan menjumpai Mata Air Cibatur. Mata air ini menjadi sumber air perkampungan yang ada di bawahnya, salahsatunya Kampung Babakan.Dengan mendaki menuju Pilar View maka anda akan disuguhi pemandangan berupa kebun-kebun yang memanjakan siapa saja yang ingin tafakur alam.
Little Canyon
Di Blok Minggu, kita akan menjumpai keunikan, yaitu selokan tetapi sangat dalam (Little Canyon). Airnya kecil namun dapat menggerus selokan sehingga membentuk jurang-jurang kecil. Jika di wilayah lain selokan itu dangkal dengan air banyak, namun di Blok Minggu selokan banyak berbentuk Little Canyon. Keunikan ini dapat kita kunjungi di Little Canyon Babakan, tepatnya Blok Minggu, yaitu di sekitar Little Canyon yang berada di sekeliling Pasir Peusing. Jika ada pengamat geografi sangat perlu diketahui bagaimana penomena Little Canyon dapat terbentuk.
Little Dam
Potensi yang lainnya ada di bendungan kecil (little dam) di sana bisa untuk kegiatan melatih mental dan keberanian memanjat dan menuruni sungai. Airnya yang sedikit menjadikan dam itu untuk latihan fisik pramuka atau kegiatan outbond lainnya.
Ke depannya, Babakan prospektif untuk menyediakan wahana yang memacu adrenalis, seperti outbond, pramuka, games, jembatan uji nyali, dan sebagainya. Terlebih dahulu perlu ada survey, perlengkapan, dan tentunya safety first: utamakan keselamatan.
Tikungan Lima (Kelok Lima)
Saat pengendara kendaraan memasuki Area Babakan Wanahayu, akan disambut dan diiringi oleh Jalan Kelok Lima.
Kelok Lima mengingatkan kita kepada Shalat Lima Waktu, maknanya lika-liku kehidupan akan selamat jika diiringi dengan shalat Lima Waktu. Para pengendara yang memasuki Wilayah Babakan, di saat memasuki Kelok Lima maka harus hati-hati dan harus ingat dengan shalat lima waktu agar perjalanannya selamat, berkah dan bahagia dunia akhirat.
Jalan raya yang melintasi Babakan Wanahayu melintas dari Utara ke Selatan, demikian juga sebaliknya. Ke utara menuju Majalengka, Cirebon, Bandung, adapun ke selatan menuju Cikijing, Ciamis, Kuningan.
Pemberitahuan
Bagi yang mau berkunjung ke Babakan maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Memakai busana muslim/menutup aurat
2) Harus menjauhkan diri dari fitnah, yaitu tidak boleh berduaan tanpa muhrim.
3) Memperhatikan aturan Islam.
Hal-hal tersebut agar kehidupan masyarakat Babakan tentram, berkah, dan memperoleh ridha serta rahmat dari Allah Ta'ala.

----Foto arung jeram
 Foto saya saat arung Jeram di Taman Matahari, Bogor

--------------------------------------------------------------------------------------------------


HALAL BI HALAL CUYOT

Oleh : Cecep dudi bin H Ihsan Fauzan bin Amin bin Iskat bin Ishak


Acara yang ditunggu-tunggu oleh sebuah keluarga besar adalah acara di saat kita dapat bertemu dengan saudara-saudara. Moment halal bi halal merupakan saat yang ditunggu. semoga berkah.
Halal bi Halal Incu Ma Oyot, Amin Apretum
Sangat senang saat acara halal bi halal Cuyot sebab kami dapat bertemu dengan saudara-saudara dari keluarga besar (Al-Ahli) Amin bin Iskat bin Ishak.
Saat ziarah ke makam Desa Wanahayu, doa khusyu untuk almarhum dan almarhumah dipanjatkan, dilanjutkan dengan bertemu  sanak saudara. Berkumpul di Babakan Wanahayu dan bergantian dengan berkumpul di Sukamurni, Maja.
Satu tahun tak terasa, dapat bertemu dengan keluarga besar, suasananya cerah, meriah, ramah, dan berkah. Sekarang Incu Ma Oyot sudah banyak yang berkeluarga. Saya dan isteri sudah punya dua anak, ngabring menghadiri halal bi halal. Kemudian disambut oleh saudara yang telah hadir. Ngobrol ngaler ngidul, sungguh sangat berkesan. Idul Fithri, Iedul Mabarok. Tanpa terasa hari sudah sore, kami pun pamit, sebab mempersiapkan esok hari untuk silaturahmi ke keluarga di desa yang lain. Semoga kita dapat berkumpul kembali, semoga Allah melindungi kita dengan rahmat-Nya, Amin Ya Robb.
Amin Apretum bin Iskat bin Ishak, Abah Amin mempunyai 4 anak, yaitu Mama H Ihsan Fauzan, Bi Icih, Mang H. Sirojudin Abbas, dan Bi Eti.

Halal Bi Halal Keluarga Besar Cuyot (Abah Amin Apretum) dilaksanakan di :
- Babakan Wanahayu, Blok Minggu, Desa Wanahayu, Kec. Maja.
- Sukamurni, Maja Selatan, Maja

Setiap tanggal 7 Syawal 




MAMA K.H IHSAN FAUZAN
- Enok
- Dedeh
- Cecep
- Deden
- Ai
- Dea
- Ayip
- Lilim
- Yayang
BIBI ICIH
- Ohim
- Ijah
- Ajid
- Nanang
- Enok
MAMANG H SIROJUDIN
- Andi
- Deni
- Ina
- Egi
- Defah
BIBI Eti
- Mira
- Ima

HALAL BI HALAL
SETIAP TANGGAL 
7 SYAWAL
teu kenging hilap nya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar