MEMPERSIAPKAN
GENERASI MASA DEPAN
melalui
Pendidikan Kebaharian
Oleh:
Dudi
Akasyah, MSi.
Guru SMK
Pelayaran Jakarta Raya
Untuk mewujudkan generasi yang kompetitif dalam
dunia bahari maka diperlukan suatu proses. Adapun proses yang sangat menentukan
nasib masa generasi adalah pendekatan pendidikan. Melalui pendidikan maka
mempersiapkan generasi yang konsen dengan kelautan menjadi lebih realistis dan
lebih kokoh di masa yang akan datang. Dalam hal ini, Yayasan Hang Tuah
konsisten dalam menanamkan nilai-nilai bahari kepada anak didik, generasi muda
bangsa. Kita perlu mengapresiasi sebagai kontribusi yang sangat berharga di
dalam mendidik dan mempersiapkan generasi muda bahari yang berkualitas di masa
yang akan datang.
Pendekatan Pendidikan
Pengenalan melalui pendidikan memiliki
keuntungan dalam perspektif berkesinambungan (kontinyuitas), kurikulum, dan
mewujudkan generasi masa depan yang berwawasan bahari. Perlu berbagai
pendekatan untuk memperkenalkan bahari kepada sekitar 250 juta penduduk
Indonesia. Sudut pandang perlu diperbaiki bahwa laut Indonesia terbuka untuk
diberdayakan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Ironi jika kekayaan laut yang berlimpah, baik
secara demografis maupun sumber daya laut itu sendiri di satu sisi, namun amat
miskin kratifitas penduduk di dalam mengeksplore kekayaan laut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan, menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir
terjadi rata-rata pencurian ikan di laut Indonesia oleh nelayan asing yaitu 30
trilyun setiap tahunnya. Di samping itu, secara kuantitas dan kualitas nelayan
berbendera asing mengalahkan nelayan Indonesia. Jumlah nelayan berbendera asing
mencapai angka fantastik yaitu di atas 90 persen dibandingkan dengan nelayan
Indonesia. Diperparah lagi dengan kondisi nelayan Indonesia yang masih
mengandalkan perahu-perahu kecil yang perolehan ikannya sedikit.
Kekayaan laut amat luas menjadi lahan rakyat
Indonesia di dalam menumbuhkan kreatifitas, produktifitas, dan profesionalitas.
Makna menggali kekayaan laut bukan berarti
mengekspolitasi (mengeruk keuntungan secara membabi-buta) namun lebih bersifat
"mengambil manfaat" sembari tetap menjaga dan melestarikan lautan
nusantara. Permasalahannya kini, yang mengeksploitasi adalah perusahaan asing
dan nelayan asing, penduduk pesisir yang terkena polusinya.
Idealnya, mensosialisasikan bahari adalah
merupakan tanggung jawab setiap individu sehingga semuanya berjalan bersama
guna mewujudkan kejayaan bahari nusantara.
Jiwa kebaharian pelajar sebenarnya sudah ada,
faktanya hampir setiap wisata atau study
tour sekolah objek tujuannya adalah ke pantai-pantai. Hal ini menunjukan
bahwa jiwa bahari sebenarnya sudah ada, namun tidak ditindak-lanjuti dengan
penggalian lebih lanjut mengenai kelautan Indonesia.
Melalui pendidikan
kebaharian secara berkelanjutan, dalam perjalanannya akan tercipta iklim ilmiah
yang dinamis dan visioner, yang meliputi: pertama, mengindentifikasi
peluang-peluang usaha di sektor kelautan. Kedua, mengembangkan usaha. Ketiga,
pengembangan sumber daya manusia di bidang bahari. Keempat, pengembangan
keilmuan, kajian ilmiah, studi banding, dan penelitian dalam bidang
bersangkutan.
Peranan Guru Kebaharian
Peranan Guru Kebaharian sebagai agent intellectual atau agent of change, di dalam
mengejewantahkan nilai-nilai kelautan sehingga terwujud chemistri antara individu dengan jiwa kelautan. Selama ini, dunia
kelautan dengan jiwa bangsa sepertinya belum optimal di dalam menjiwai,
memiliki, menghayati, terlebih lagi penguasaan dalam hal praktis, apalagi
kelautan dalam tataran teoretis.
Keterampilan Siswa, Industri Kreatif
Industri kreatif merupakan salah satu cara yang
relatif lebih mudah dan murah untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bahari. Di
sekolah-sekolah biasanya rutin dilaksanakan beraneka ragam keterampilan, adalah
perlu jika dalam ilmu kebaharian ditampilkan karya-karya atau keterampilam yang
menjadikan potensi kelautan sebagai objeknya. Industri kreatif merupakan wahana
bagi anak didik menuangkan imajinasinya sehingga dapat membuat berbagai
kalangan melirik potensi kelautan di masa yang akan datang, baik potensi
kelautan yang ditangani secara kelembagaan maupun perseorangan.
Pengenalan Kebaharian dapat diperkenalkan
kepada sekolah umum
Sekolah umum sebenarnya tidak menutup pintu
dari wawasan kelautan dimana SMK Pelayaran dapat menjadi pelopornya.
Salah-satunya ditunjukkan bahwa banyak sekolah yang mengadakan wisata alam ke
pantai-pantai, hal ini menunjukkan bahwa telah ada semangat kebaharian dan
bangga atas keindahan lautan Indonesia. Namun sayang, sekarang hanya sebatas
acara wisata yang spontanitas tanpa ada kontinyitas.
Di Indonesia, terdapat beberapa titik pantai
yang banyak dikunjungi, hal ini dapat menjadi sentra promosi, publikasi, dan
bimbingan untuk menstimulasi dan mengedukasi bangsa untuk menyuburkan wawasan
kebaharian.
Promosi Kelautan
Laut Indonesia tak ada yang menyangsikan lagi
sebagai laut yang sangat indah dengan sejuta pesona. Terhampar luas dari ujung
barat sampai ujung timur Indonesia, tak ubahnya seperti lautan permata yang
menyilaukan dunia. Namun, apabila tidak disertai dengan promosi-promosi maka
laut Indonesia tak ubahnya seperti kolam kecil yang sulit dan mahal untuk
dikunjungi.
Promosi dapat berupa yang umum dilaksanakan,
seperti brosur, maupun cerita dari mulut ke mulut, ataupun bagusnya fasilitas
bahari sehingga menggoda orang untuk kembali ke dunia kelautan.
Hal terpenting dari mewujudkan kesadaran adalah
mindset, kemudian didukung oleh
stimulus, fasilitas, minat, dan bimbingan yang terus menerus. Sebenarnya ketika
minat sudah muncul maka akan menumbuhkan kesadaran kolektif dengan lembaga dan
individu yang semakin massif.
Pengenalan bahari dapat dilakukan melalui
pendekatan hightech dan tradisional,
hal ini berguna bagi para profesional maupun yang baru mengenal kelautan.
Samudera Indonesia terhampar luas menunggu
tangan-tangan kreatif putra nusantara
Sudah cukup lama samudera nusantara tidak
bergema semenjak kejayaan majapahit dan sriwijaya. Bukanlah berkurangnya
wilayah laut, namun berkurangnya sumber daya manusia yang berwawasan kelautan.
Hal ini akibat kurangnya pendidikan bagi generasi muda di dalam pengkajian
kelautan. Telah terjadi generasi yang terputus semenjak era Sriwijaya, kemudian
sekarang kita akan menumbuhkan kembali semangat bahari guna mengembalikan kejayaan di masa silam.
Paradigma yang harus dibenahi: High Tech dan Kemampuan Rumit
Terdapat pemikiran bahwa keengganan mengenal
kelautan disebabkan karena membutuhkan biaya besar, teknologi tinggi, dan
kemampuan rumit, seperti harus pintar berenang, ahli menyelam, dan sejenisnya.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu metodologis, teknik penyampaian atau
komunikasi sehingga image tentang bahari dari semula rumit menjadi ringan dan
menstimulus sebagai kegiatan yang murah, mudah, menarik, menyenangkan, dan
menjamin masa depan. Semuanya bermula dari menumbuhkan minat, pembentukan mindset, sebab jika nanti sudah menyenangkan
maka berapa pun dananya atau tantangannya bukanlah sebagai permasalahan serius.
Menyikapi Pasar Bebas
Bangsa ini harus mewaspadai pasar bebas yang
akan bergerak ke berbagai lini. Kita harus berupaya bagaimana kekayaan laut
dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bangsa, yakni tidak
dijadikan komoditi asing yang membuat bangsa seperti tamu di tanahnya sendiri.
Potensi kelautan yang berlimpah apabila tidak mampu dikelola akan membuat
bumerang sebab hal itu membuka peluang pihak asing untuk menguasainya, di sisi
lain masyarakat hanya bersikap pragmatis (menjadi kuli di lautnya sendiri).
Tentu, hal itu tidak boleh terjadi. Dengan harapan pemerintah dapat menaruh
perhatian serius bagi tumbuhnya kesadaran bahari dan pemberdayaan bahari
sehingga menjadi karunia dan kekuatan sosial ekonomi bangsa Indonesia.
Sinergi dengan Perusahaan
Selain dukungan dari pemerintah, maka
diperlukan juga dukungan dari perusahaan baik yang berkaitan dengan kelautan
maupun yang menaruh minat atau yang ikut bertanggung-jawab terhadap nasib
penerus generasi bahari, yaitu untuk ikut ambil bagian dalam memfasilitasi bagi
lahirnya generasi bahari di masa yang akan datang. Perusahaan dapat menjadi
sponsorship guna menstimulus kegiatan kebaharian.
Suatu Kontemplasi
Jika kita melihat ada beberapa negara yang
tidak memiliki garis pantai. Tentu, mereka akan mengatakan jika saja memiliki
laut maka negara itu akan makmur sebab laut merupakan kekayaan negara yang tak
terhingga. Ada juga negara yang garis pantainya sedikit namun mereka dapat
memaksimalkannya sehingga laut memberikan benefit bagi bangsa.
Berdasarkan kontemplasi di atas maka bagaimana
dengan Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia? Adalah sebuah
ironi jika bangsa ini tidak dapat mengambil manfaat dari berlimpahnya kekayaan
lautan Indonesia.
Terdapat banyak negara yang mampu
memaksimalkan sumber daya laut, misalnya Inggris dan Jepang. Apabila Indonesia
mampu memperbaiki paradigma dan kemudian mengambil langkah yang fokus terhadap
dunia bahari maka Indonesia akan menjelma menjadi negara maju hal ini tidak
terlepas dari sumber daya laut yang merupakan terbesar sedunia. Christopher
Eve, Senior Vice President of UBM Asia Ltd, menyatakan bahwa Inggris dan Jepang
merupakan negara yang berhasil dalam pemanfaatan laut, jika Indonesia
mengikutinya maka Indonesia akan menjadi negara maritim yang berpotensi tinggi
menjadi pasar sempurna untuk bisnis usaha di bidang kebaharian.
Kelautan Indonesia, tidak hanya
representatif untuk perdagangan dunia, namun juga sangat kondusif untuk
perdagangan domestik, mengingat negara Indonesia merupakan negara kepulauan.
Peluang kapal tidak hanya dipergunakan untuk mengangkut makanan, melainkan
sarana transportasi material dan transportasi manusia. Ia mengatakan bahwa di
Indonesia laut prospektif merupakan jalan raya.
Namun semua itu sangat membutuhkan sumber
daya manusia yang dihasilkan melalui pendidikan dan pembinaan yang
berkelanjutan. Berdasarkan survey UNDP tahun 2011 yang dilakukan terhadap 187
negara dunia menunjukan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index) Indonesia hanya menempati urutan 124. Indonesia perlu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Perlu perbaikan sumber daya manusia, agar
anugerah laut Indonesia dapat menjadi karunia untuk bangsa Indonesia. Oleh
sebab itu, pendidikan berbasis bahari merupakan keniscayaan di dalam upaya
untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju yang disegani dunia.
Dalam hal ini, kita perlu memberikan
apresiasi kepada Yayasan Hang Tuah yang telah dan akan terus menerus
memperjuangkan dan mengaplikasikan nilai-nilai bahari melalui pendidikan bagi
seluruh anak didik, khususnya di lingkungan satuan pendidikan Hang Tuah, dan
umumnya generasi muda bahari Indonesia, guna mempersiapkan dan mewujudkan
generasi bahari yang unggul di masa yang akan datang.
Jakarta, 23 Oktober 2014
Penulis:
Dudi Akasyah
Guru SMK Pelayaran Jakarta Raya
HP 085-222-777-235
Alamat Rumah:
Vila Gading Indah Blok A2 no.8, Jl. Boulevard
Gading Raya, Kelapa Gading Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar