Kamis, 06 Maret 2014

ilmu kebaharian, focus group discussion, by dudi akasyah

ILMU KEBAHARIAN
Dalam Acara Focus Group Disscusion: Pelatihan Guru dan Tenaga Pendidikan, serta Penyusunan Materi Pembelajaran Pendidikan Longitudinal Kebaharian
di Ruang Rapat Gedung Pengurus Pusat Jalasenastri, pada Hari Rabu, 19 Februari 2014.

Dudi Akasyah MSi.

Pada Hari Rabu 19 Februari 2014, saya menghadiri acara diskusi yang dilaksanakan oleh Yayasan Hang Tuah. Selama acara diskusi saya banyak memperoleh ilmu tentang kelautan. Semoga melalui acara tersebut memperoleh ilmu, faidah, wawasan, dan inspirasi untuk menebar manfaat.
Di bawah ini adalah petikan dari beberapa ahli:
Laksda (Purn) TNI Sugiyono, Ketua Umum Pusat Yayasan Hang Tuah, menyatakan wilayah laut Indonesia sangat strategis. Kegiatan bisnis yang menggunakan laut maka tentu akan bersinggungan dengan wilayah Indonesia. 2/3 wilayah laut Asean adalah wilayah Indonesia. Namun, yang banyak menikmati laut adalah asing, sedangkan yang menanggung kerugiannya adalah negeri kita sendiri, seperti pencemaran dan kerusakan. Pendidikan kebaharian adalah untuk menumbuhkan karakter, jiwa, keahlian, serta antusiasme anak bangsa di dalam memberdayakan potensi kelautan.
Laksma (Purn) TNI Iwan Kustiawan menyebutkan bahwa akar permasalahan dibutuhkannya ilmu kebaharian adalah lemahnya atau rendahnya karakter, jiwa, keahlian, termasuk antusiasme anak didik di dalam memberdayakan potensi kelautan.
DR. Dewi dari Dikdasmen Prov Jakarta, pelajar hanya membayangkan laut, tidak mencelupkan. Di sisi lain, guru lebih sibuk mengurus sertifikasi ketimbang peningkatan kreatifitas mereka di dalam mengajar. Tentang pelaksanaan pembelajaran kebaharian maka guru posisinya sangat menentukan. Berbicara kelautan maka kita tidak hanya akan berbicara Indonesia, namun juga akan berbicara internasional.
Jaleswari P dari LIPI menyatakan bahwa kita membutuhkan guru yang berkualitas, khususnya dalam memperkenalkan kebaharian untuk anak didik. Di samping itu membutuhkan kreatifitas di dalam mengajar; belajar di pantai atau di kapal, "learning by doing," serta guru perlu menguasai IT sebab kelautan jaman sekarang sangat membutuhkan teknologi. Setelah acara ini perlu ada expert meeting untuk merumuskannya.
DR. I Made Astra, pakar pendidikan dari UNJ, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam menanamkan ilmu kebaharian, yaitu (1) Bagaimana untuk meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan (2) Bagaimana meningkatkan efektifitas pembelajaran (3) Bagaimana menyusun materi pembelajaran kebaharian.
Laksda (Purn) TNI Bambang Murgianto, MSc. Menyatakan bahwa hal pertama dan utama adalah perubahan mindset. Memberikan apresiasi dan memahami makna manfaat yang tinggi dari dunia kelautan. Cinta bahari merupakan gerbang menuju kebangkitan Indonesia.
Tujuan utama adalah menumbuhkan cinta bahari. Hal ini membutuhkan waktu bertahun-tahun. Adapun kurikulum bersifat mendukung konsistensi. Ada analogi, bahwa tujuan membangun rumah adalah agar nyaman, meningkatkan kreatifitas, dan semangat hidup, kemudian rumah di bangun dengan segala pernak-perniknya, ketika rumah selesai dibangun apakah penghuni rumah merasa lebih aman dan nyaman? Inilah perumpamaan antara perubahan mindset dengan kurikulum. Dengan demikian, tugas inti adalah menumbuhkan kecintaan terhadap bahari didukung oleh kurikulum, buku, dan modul.
Dinas Pendidikan Prop DKI Jakarta menyampaikan bahwa Kurikulum Ilmu Kebaharian merupakan hal yang sangat menggembirakan. Ada anekdot, para nelayan pun tak mau menjadi anaknya nelayan. Mereka berbondong-bondong menyekolahkan anaknya ke sekolah yang orientasinya bukan kelautan. Peranan ilmu kebaharian sangat penting. Propinsi DKI Jakarta sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut sehingga pendalaman ilmu kelautan sangat bagus diperkenalkan di sekolah-sekolah Jakarta. Perwakilan dari Dinas Pendidikan menyatakan ketertarikannya untuk memperkenalkan ilmu kebaharian kepada sekolah-sekolah di DKI Jakarta.
Pelajaran maritim harus disesuaikan dengan dunia murid TK, SD, SMP, SMA/K. Penyampaian materi kepada SLTA, tentu sangat berbeda dengan penyampaian kepada anak-anak TK.
Laksma (Purn) Joko Sasongko menyatakan sebenarnya ilmu kebaharian itu sudah berjalan sejak lama, bahkan sebelum ia lahir, ilmu kebaharian sudah ada, hanya penyampaiannya tidak sistemik, baru sampai ke tahap longitudinal.
Laksamana Pertama TNI Kingkin, Kadispotmar dan Pimpinan Pramuka Saka Bahari menyatakan bahwa pihaknya telah menyelanggarakan kegiatan pemuda untuk mengenal bahari. Termasuk, mengadakan perkemahan di pesisir. Biasanya kwarnas mengadakan kemah di hutan, kemudian minta ke Saka Bahari, kemudian dilaksanakanlah perkemahan pesisir, hasilnya sungguh sangat menarik lautan Indonesia.
DR. Dewi dari Dikdasmen Prov Jakarta, menyatakan bahwa telah lama sebelum itu, Tengku Syafii, Menteri Pendidikan pada Kabinet Syahrir, pernah mengadakan pendidikan guru di atas kapal laut selama 3 bulan dari Papua ke Jakarta.
Untuk menumbuhkan cinta bahari perlu untuk mengangkat tokoh-tokoh bahari, memperkenalkan para pahlawan kelautan, sampai kepada memperkaya lagu anak tentang laut. Di dalam menggelorakan ilmu kebaharian, ada baiknya kita mengutip pernyataan Filsuf Pakistan bernama Iqbal, ia mengatakan: "Bermula dari selokan kecil, jika ia dibebaskan secara dinamis dan mengembangkan dirinya maka ia akan menjadi deru ombak samudera luas."
Catatan Dudi Akasyah, saat menghadiri Focus Group Disscusion: Pelatihan Guru dan Tenaga Pendidikan, serta Penyusunan Materi Pembelajaran Pendidikan Longitudinal Kebaharian, di Ruang Rapat Gedung Pengurus Pusat Jalasenastri, pada Hari Rabu, 19 Februari 2014.
Analisis
Pada Hari Rabu saya menghadiri diskusi (sebagaimana tersebut di atas). Topik yang dibahas seputar urgensi ilmu kebaharian menjadi mata pelajaran di sekolah.
Berbicara bahari maka kita berbicara laut. Sebenarnya, saya lahir di pegunungan atau “orang gunung”, dengan demikian yang saya tahu adalah pertanian. Pada awalnya saya mengira di Indonesia itu hanya ada pertanian saja J. Jika ingat laut maka memori yang muncul hanya wisata ke laut, piknik, studi banding, atau tamasya akhir sekolah.
Pada awalnya, saya tidak akan berlama-lama hadir dalam diskusi tersebut, namun karena pertimbangan situasi yang mendukung akhirnya saya mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai akhir.
Niat saya pada saat itu, sekalian menggali “ilmu laut” dari para fakar yang pada saat itu banyak yang hadir, seperti dari TNI AL, LIPI, Dikdasmen Prov Jakarta, akademisi UNJ dan fakar yang lainnya.
Yang paling penting buat saya, meski awalnya saya kurang berminat, namun langkah awal bagi saya agar menikmati dan memperoleh manfaat dari diskusi tersebut adalah mengubah mindset saya, kemudian memberi  apresiasi, merenung, dan ikut menyelami khasanah.  Memang membutuhkan proses untuk lebih menjiwai.
Saya teringat bahwa di dalam Al-Qur’an banyak sekali menguraikan tentang situasi di darat dan di laut, termasuk Al-Qur’an menyampaikan betapa besar potensi daratan dan lautan bagi manusia (tetapi manusia harus menjaga keseimbangan, tidak eksploitatif melainkan lebih kepada mengambil manfaat serta menjaga kelestariannya dan keasriannya). 
 Allah SWT berfirman “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan untukmu, agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (Al-Qur’an Surat Annahl, 16:14)” Kemudian Allah berfirman “Apakah kamu tak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia (QS. Al-Hajj, 22:65). Dan banyak lagi ayat Al-Qur’an yang mengajak kita untuk memberi perhatian kepada karunia laut.
Setelah dibahas ternyata diskusi ilmu kebaharian telah membuka cakrawala berpikir saya untuk memberi porsi perenungan dan pemikiran  tentang dunia kelautan. Banyak hal menarik yang saya peroleh. Sebenarnya saya tahu bahwa Indonesia itu negara kepulauan, yang berarti wilayah lautnya luas, namun mindset saya pada saat itu hanya daratan, potensi darat saja.
Setelah saya menyimak materi yang disampaikan para ahli, saya paham bahwa ternyata potensi laut selama ini banyak saya lupakan, bahkan boleh jadi sebagian besar bangsa Indonesia masih belum memahami itu. Dan saya juga memperoleh dorongan dari Al-Qur’an yang sangat gamblang di dalam menyampaikan potensi kelautan. Bagi saya berbicara potensi laut, disamping potensi materi, juga potensi ilmu dan potensi tafakur, sebagai sarana untuk lebih menghayati kemaha-besaran Allah SWT.
Saya melihat bahwa peserta diskusi sangat antusias. Seperti dari Dikdasmen DKI Jakarta, Dinas Pendidikan, dari TNI-AL juga telah menyelenggarakan kegiatan pemuda cinta bahari. Mereka bersedia untuk membantu agar ilmu kebaharian dapat diserap oleh generasi muda Indonesia.
Diskusi seperti di atas sangat bagus sehingga perlu dilakukan secara kontinyu agar wawasan kelautan semakin tersosialisasi.
Saya mempunyai pendapat, alangkah baiknya jika menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan kelautan agar mereka juga dapat memfasilitasi agar para generasi muda Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengenal laut Indonesia, contoh: berlayar keliling nusantara. Sekarang ini yang sering terdengar programnya hanya dari TNI-AL saja, padahal banyak perusahaan kelautan yang mumpuni khususnya dilihat dari segi finansial guna mengajak masyarakat dan generasi Indonesia untuk mengenal laut. Ayo ke laut.
Wallahu a’lam bish shawab.

Catatan Dudi Akasyah, saat menghadiri Focus Group Disscusion: Pelatihan Guru dan Tenaga Pendidikan, serta Penyusunan Materi Pembelajaran Pendidikan Longitudinal Kebaharian, di Ruang Rapat Gedung Pengurus Pusat Jalasenastri, pada Hari Rabu, 19 Februari 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar