Sabtu, 19 April 2014

Kelurahan Kelapa Gading Barat, Membangun Masyarakat agar Lebih Optimal


MEMBANGUN MASYARAKAT
DI KELURAHAN KELAPA GADING BARAT
Oleh: Dudi Akasyah, MSi.
Tinggal di Vila Gading Indah


Potensi dan Problema
Kita berada di lingkungan Kelurahan Kelapa Gading Barat yang melingkupi 21 RW, masyarakatnya berasal dari berbagai kalangan, profesi, dan status sosial. Bangunan yang dihuni terdiri dari perumahan elit, apartemen, rukan, komplek perumahan, dan rumah sederhana.
Meskipun tampaknya anggota masyarakat berserak namun pada saat-saat tertentu mereka membutuhkan solidaritas, kebersamaan, dan membangun persaudaraan.
Keseimbangan, itulah yang dibutuhkan. Ada saatnya sibuk mengurus kepentingan pribadi, ada saatnya peduli terhadap kepentingan masyarakat sekitar.
Yang muncul sekarang ini adalah kesibukan mengurus pribadi sehingga memunculkan kesan individualistik. Adapun dari sisi mengurus kepentingan masyarakat masih belum terwujud. Alasannya dapat berupa kesibukan, saling mengandalkan antar satu dengan yang lain, ataupun tidak adanya kepentingan untuk hal tersebut. Hal tersebut berakibat terhadap minimnya kegiatan kemaslahatan masyarakat sekitar yang dipelopori oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
Di sisi lain, aparat pemerintahan lebih disibukkan dengan mengurus hal-hal yang bersifat administratif semata sehingga program pemberdayaan warga seringkali luput dari perhatian. Hal-hal yang demikian, sepatutnya untuk dicermati agar perkembangan masyarakat menjadi semakin dinamis, masyarakat memiliki kebanggaan terhadap nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan, dan kepedulian antar satu individu dengan individu yang lainnya. Percayalah, apabila kebersamaan antar komponen masyarakat tercapai maka hasil positif akan berlimpah.
Masyarakat merupakan investasi manakala diberdayakan dengan optimal. Lagi-lagi kita membutuhkan tekad yang kuat (political will) untuk melakukan perbaikan. Paling tidak, bermula dari merintis, mempertahankan, dan terus menerus memberi kontribusi.
Rasanya tidak lengkap kalau di lingkungan kita tidak ada kegiatan yang bermanfaat. Setiap individu ketika berkumpul maka akan memunculkan berbagai kesempatan untuk berinteraksi, silaturahmi, dan menjalin kerjasama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Sebagai makhluk sosial maka selalu muncul keinginan untuk saling mengenal, menjalin persaudaraan, dan mewujudkan berbagai kebaikan besar yang ditopang oleh potensi insani.
Rutinitas yang muncul dari motif mencukupi kebutuhan pribadi merupakan hal yang sah-sah saja sebab waktu dipergunakan agar bagaimana individu dapat mempertahankan hidup. Namun, di sisi lain menyisihkan waktu, pikiran, atau potensi untuk kebaikan masyarakat merupakan hal yang perlu dilakukan agar optimalisasi fitrah sebagai makhluk sosial dapat tercapai. Dalam arti, keterikatan sosial, munculnya solidaritas, kebersamaan dalam mewujudkan kekuatan; dapat kita capai melalui kepedulian terhadap tetangga atau masyarakat yang paling dekat dengan kehidupan kita.
Berbicara kontribusi masyarakat adalah berbicara untuk jangka panjang, membutuhkan kontinuitas dalam menata dan membangun kesadaran, serta dorongan internal yang terus menerus dari para pelopor, yakni individu yang mempunyai keinginan sebagai kontributor.
Dimaklumi bahwa masyarakat kota identik dengan individualistik, waktu full time dengan alasan profesionalisme, tugas-tugas kemasyarakatan cukup dengan rekrutmen security, dan mencukupkan diri dengan memposisikan sebagai konseptor belaka tanpa mampu membumikan konsep tersebut dalam aplikasi nyata terhadap masyarakat terdekat.
Kita khan masyarakat kota bukan desa? Demikian alasan yang sering dikemukakan. Padahal, jika alasannya demikian, orang desa pun akan mengatakan hal yang sama: kami tidak bisa, karena kami masyarakat desa bukan kota. Di kota hal itu bisa, tetapi di desa tidak mungkin terwujud.” Lalu sampai kapan akan muncul kesadaran: “Ini tanggung jawab kami, maka kami harus bergerak mulai saat ini.”
Hal ini merupakan catatan tentang diri kita, bagaimana memulai untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat. Jangan berharap di tempat lain dapat memberi manfaat, jikalau kita belum memulainya sekarang. Kehidupan bermasyarakat merupakan pengalaman yang kemudian memunculkan pengetahuan yang sangat berguna dan applicable.
Namun, di sisi lain individu harus memiliki pengalaman dalam bermasyarakat. Mengapa individu harus memulai bermasyarakat dari semenjak dini? Sebab untuk menggali pengalaman terlebih dahulu. Seseorang yang baru terjun ke masyarakat maka ia akan kikuk dan gugup jika menghadapi kisruh atau riak-riak di masyarakat. Berbeda jika ia telah memiliki pengalaman maka ia telah mumpuni di dalam memberi manfaat untuk orang banyak.
Tumbuhnya teknologi acap kali memberikan situasi instan dimana seseorang dapat eksis di depan meja, di hadapan internet, atau media sejenisnya. Di satu sisi hal itu dapat diterima, namun di sisi lain ilmu rekayasa tersebut belumlah cukup untuk melengkapi keutuhan manusia. Pertemuan fisik, mewujudkan silaturahmi, saling memberi manfaat dan mewujudkan solidaritas, merupakan hal utama yang mengutuhkan diri sebagai manusia.
Penulis kira permasalahan yang dihadapi merupakan permasalahan umum yang seringkali dijumpai di masyarakat manapun juga. Namun, jangan pula pesimistik sebab jika problema terus ditelisik disertai dengan keuletan maka problem tersebut akan mampu ditemukan solusinya, serta yang jauh lebih penting adalah pelaksanaan dari solusi tersebut di lapangan sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Catatan ini hanya sebatas kontemplasi, perenungan. Besar harapan, bermula dari perenungan ini, kita memperoleh pendorong untuk melakukan aksi.
Agent of Social Change
Kita memerlukan individu-individu sebagai agent of social change (agen sosial) yang memiliki keinginan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat ke arah yang lebih baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dimulai dari kesadaran diri kita, konsistensi, kontinyuitas, serta dukungan dari berbagai pihak; dari masyarakat, pemerintahan, tokoh masyarakat, dan seluruh komponen yang berada di lingkungan Kelapa Gading Barat.
Medio, Nopember 2011

Selasa, 15 April 2014

cuyot, incu ma oyot, halal bi halal, babakan wanahayu, sukamurni, desa wanahayu, maja, majalengka

HALAL BI HALAL CUYOT

Acara yang ditunggu-tunggu oleh sebuah keluarga besar adalah acara di saat kita dapat bertemu dengan saudara-saudara. Moment halal bi halal merupakan saat yang ditunggu. semoga berkah.
Halal bi Halal Incu Ma Oyot, Amin Apretum
Sangat senang saat acara halal bi halal Cuyot sebab kami dapat bertemu dengan saudara-saudara dari keluarga besar (Al-Ahli) Amin bin Iskat bin Ishak.
Saat ziarah ke makam Desa Wanahayu, doa khusyu untuk almarhum dan almarhumah dipanjatkan, dilanjutkan dengan bertemu  sanak saudara. Berkumpul di Babakan Wanahayu dan bergantian dengan berkumpul di Sukamurni, Maja.
Satu tahun tak terasa, dapat bertemu dengan keluarga besar, suasananya cerah, meriah, ramah, dan berkah. Sekarang Incu Ma Oyot sudah banyak yang berkeluarga. Saya dan isteri sudah punya dua anak, ngabring menghadiri halal bi halal. Kemudian disambut oleh saudara yang telah hadir. Ngobrol ngaler ngidul, sungguh sangat berkesan. Idul Fithri, Iedul Mabarok. Tanpa terasa hari sudah sore, kami pun pamit, sebab mempersiapkan esok hari untuk silaturahmi ke keluarga di desa yang lain. Semoga kita dapat berkumpul kembali, semoga Allah melindungi kita dengan rahmat-Nya, Amin Ya Robb.
Amin Apretum bin Iskat bin Ishak, Abah Amin mempunyai 4 anak, yaitu Mama H Ihsan Fauzan, Bi Icih, Mang H. Sirojudin Abbas, dan Bi Eti.

Halal Bi Halal Keluarga Besar Cuyot (Abah Amin Apretum) dilaksanakan di :
- Babakan Wanahayu, Blok Minggu, Desa Wanahayu, Kec. Maja.
- Sukamurni, Maja Selatan, Maja

Setiap tanggal 7 Syawal 




MAMA K.H IHSAN FAUZAN
- Enok
- Dedeh
- Cecep
- Deden
- Ai
- Dea
- Ayip
- Lilim
- Yayang
BIBI ICIH
- Ohim
- Ijah
- Ajid
- Nanang
- Enok
MAMANG H SIROJUDIN
- Andi
- Deni
- Ina
- Egi
- Defah
BIBI Eti
- Mira
- Ima

HALAL BI HALAL
SETIAP TANGGAL 
7 SYAWAL
teu kenging hilap nya...

Islam Cemerlang, Rusun Pinus Elok

Islam Cemerlang Rusun Pinus Elok
by Dudi Akasyah

Kami menerima kunjungan dari Mr Riz dan Ms Indri dari Australia. Keduanya memberikan pelatihan Bahasa Inggris, Olahraga, dan materi yang lainnya. Anak-anak antusias mengikuti acara tersebut. bagi mereka sangat jarang menerima kunjungan dan kebersamaan dengan guru dari luar negeri. Kami juga dari para pengajar sangat senang dan terinspirasi untuk selalu berbagi dan menjalin silaturahmi dengan anak didik dimana pun berada.
Di penghujung kegiatan keduanya memberikan bantuan sebesar 1.000 dollar berupa sembako yang dibagikan kepada 100 anak tak mampu.
Kita juga salut dengan Mr Riz dan Ms Indri yang meski masih muda namun telah menaruh kepedulian. kita doakan semoga mereka dapat meraih sukses dunia dan akhirat, amin.
Kami juga ucapkan kepada para pengurus Islam Cemerlang, Comdev BEM UNJ, Ibu Majlis Taklim yang telah menyukseskan acara tersebut, semoga berkah.







keuntungan metode diskusi saat mengajar pelajar SLTA


KEUNTUNGAN METODE DISKUSI
Metode Diskusi bagi Murid SMA

Dudi Akasyah, MSi.

Definisi
Metode diskusi adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang diterapkan guru kepada siswa untuk membentuk beberapa grup siswa dimana antara satu grup dengan grup lainnya saling menyampaikan suatu materi, dibahas, tanya-jawab, dan pengambilan keputusan.
Uraian
Diskusi dapat dilakukan dari guru kepada murid, dapat pula dilakukan antar murid untuk memahami suatu pelajaran. Melalui diskusi murid dapat lebih enjoy di dalam memahami suatu pelajaran. Sebagai perbandingan dengan metode ceramah, metode ceramah di satu sisi mempunyai keunggulan, namun di sisi lain metode ceramah sering memforsir guru, baik energi maupun pemikiran, padahal perjuangan tersebut belum tentu dapat dipahami oleh murid. Tugas guru hanya meng-inisiasi acara diskusi, menyiapkan bahan, memandu, dan mengarahkan.
Terdapat beberapa hal positif yang akan diterima oleh murid melalui metode diskusi:
Membaca
Melalui diskusi murid bersungguh-sungguh di dalam membaca buku pelajaran, yang lainnya menyimak. Hal ini berbeda jika guru yang terus menerus menerangkan maka biasanya murid kurang menyimak. Melalui diskusi, murid akan membaca dengan seksama setiap materi pelajaran. Mungkin ada suatu motif dari mereka bahwa : Boleh jadi kalimat yang pelik itu akan ditanyakan oleh teman diskusinya. Di sisi lain, peserta diskusi akan teliti di dalam menyimak sehingga mereka dapat bertanya atau tampil bagus dalam diskusi tersebut.
Tanggung-jawab
Dalam diskusi, teman satu grup diskusi akan memiliki tanggung-jawab untuk mempelajari suatu mata pelajaran. Sebab jika semua anggota/tim dalam diskusi tidak siap dengan materi pembahasan maka kelompoknya akan dilanda kesulitan di saat menjawab berbagai pertanyaan dari kelompok lain. Oleh sebab itu maka muncul tanggung-jawab dari masing-masing individu untuk memahami pelajaran tersebut.
Murid Aktif, Kreatif, dan Prokduktif dalam Berpikir
Murid akan aktif untuk bertanya dan berjuang keras memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut. Waktu beberapa jam tak terasa, semua murid berpartisipasi di dalam diskusi. Merupakan suatu kebanggaan apabila ia dapat berpartisipasi di dalam diskusi.
Bekal Masa Depan Murid
Diskusi merupakan seni menyampaikan pendapat, menerima usulan, memperoleh jalan keluar, dan menetapkan suatu keputusan. Belajar diskusi dapat menghilangkan nervous, belajar menyampaikan pendapat. Pembelajaran diskusi merupakan persiapan murid sebelum mereka terjun ke masyarakat, yang mana untuk mengurusi masalah di masyarakat diperlukan musyawarah, adapun musyawarah merupakan bentuk formal dari diskusi.
Memperhalus bahasa
Dalam keseharian seringkali siswa berkata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan. Berbicara asal-asalan tanpa peduli apa akibatnya. Melalui diskusi, siswa diajak untuk belajar mengontrol pembicaraan. Melalui diskusi, siswa belajar untuk diplomatis, berpikir, berkomunikasi secara baik, persuasif, berpendapat, dan belajar mengambil keputusan.
Public Speaking
Belajar melalui diskusi merupakan pembelajaran agar murid kelak dapat memiliki kemampuan sebagai public speaking. Murid dilatih untuk belajar berbicara, berpidato, sambutan, ataupun pembicaraan formal lainnya. Melalui diskusi, pelajaran dibahas secara lebih antusias, lebih hidup, dan lebih meringankan. Tanpa metode yang tepat maka pelajaran yang berat akan terasa makin berat, sebaliknya seberat apapun pelajaran jika memakai metode yang tepat maka akan terasa mudah untuk memahaminya.
Penutup
Metode diskusi merupakan salah-satu cara transfer ilmu dari guru kepada murid. Melalui diskusi, murid lebih aktif di dalam menggali ilmu, dan melatih kerjasama, serta melatih mental, pemikiran, dan melatih cara menyampaikan ide atau gagasan.

Jakarta, 19 Feb 2014

Kamis, 06 Maret 2014

ilmu kebaharian, focus group discussion, by dudi akasyah

ILMU KEBAHARIAN
Dalam Acara Focus Group Disscusion: Pelatihan Guru dan Tenaga Pendidikan, serta Penyusunan Materi Pembelajaran Pendidikan Longitudinal Kebaharian
di Ruang Rapat Gedung Pengurus Pusat Jalasenastri, pada Hari Rabu, 19 Februari 2014.

Dudi Akasyah MSi.

Pada Hari Rabu 19 Februari 2014, saya menghadiri acara diskusi yang dilaksanakan oleh Yayasan Hang Tuah. Selama acara diskusi saya banyak memperoleh ilmu tentang kelautan. Semoga melalui acara tersebut memperoleh ilmu, faidah, wawasan, dan inspirasi untuk menebar manfaat.
Di bawah ini adalah petikan dari beberapa ahli:
Laksda (Purn) TNI Sugiyono, Ketua Umum Pusat Yayasan Hang Tuah, menyatakan wilayah laut Indonesia sangat strategis. Kegiatan bisnis yang menggunakan laut maka tentu akan bersinggungan dengan wilayah Indonesia. 2/3 wilayah laut Asean adalah wilayah Indonesia. Namun, yang banyak menikmati laut adalah asing, sedangkan yang menanggung kerugiannya adalah negeri kita sendiri, seperti pencemaran dan kerusakan. Pendidikan kebaharian adalah untuk menumbuhkan karakter, jiwa, keahlian, serta antusiasme anak bangsa di dalam memberdayakan potensi kelautan.
Laksma (Purn) TNI Iwan Kustiawan menyebutkan bahwa akar permasalahan dibutuhkannya ilmu kebaharian adalah lemahnya atau rendahnya karakter, jiwa, keahlian, termasuk antusiasme anak didik di dalam memberdayakan potensi kelautan.
DR. Dewi dari Dikdasmen Prov Jakarta, pelajar hanya membayangkan laut, tidak mencelupkan. Di sisi lain, guru lebih sibuk mengurus sertifikasi ketimbang peningkatan kreatifitas mereka di dalam mengajar. Tentang pelaksanaan pembelajaran kebaharian maka guru posisinya sangat menentukan. Berbicara kelautan maka kita tidak hanya akan berbicara Indonesia, namun juga akan berbicara internasional.
Jaleswari P dari LIPI menyatakan bahwa kita membutuhkan guru yang berkualitas, khususnya dalam memperkenalkan kebaharian untuk anak didik. Di samping itu membutuhkan kreatifitas di dalam mengajar; belajar di pantai atau di kapal, "learning by doing," serta guru perlu menguasai IT sebab kelautan jaman sekarang sangat membutuhkan teknologi. Setelah acara ini perlu ada expert meeting untuk merumuskannya.
DR. I Made Astra, pakar pendidikan dari UNJ, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam menanamkan ilmu kebaharian, yaitu (1) Bagaimana untuk meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan (2) Bagaimana meningkatkan efektifitas pembelajaran (3) Bagaimana menyusun materi pembelajaran kebaharian.
Laksda (Purn) TNI Bambang Murgianto, MSc. Menyatakan bahwa hal pertama dan utama adalah perubahan mindset. Memberikan apresiasi dan memahami makna manfaat yang tinggi dari dunia kelautan. Cinta bahari merupakan gerbang menuju kebangkitan Indonesia.
Tujuan utama adalah menumbuhkan cinta bahari. Hal ini membutuhkan waktu bertahun-tahun. Adapun kurikulum bersifat mendukung konsistensi. Ada analogi, bahwa tujuan membangun rumah adalah agar nyaman, meningkatkan kreatifitas, dan semangat hidup, kemudian rumah di bangun dengan segala pernak-perniknya, ketika rumah selesai dibangun apakah penghuni rumah merasa lebih aman dan nyaman? Inilah perumpamaan antara perubahan mindset dengan kurikulum. Dengan demikian, tugas inti adalah menumbuhkan kecintaan terhadap bahari didukung oleh kurikulum, buku, dan modul.
Dinas Pendidikan Prop DKI Jakarta menyampaikan bahwa Kurikulum Ilmu Kebaharian merupakan hal yang sangat menggembirakan. Ada anekdot, para nelayan pun tak mau menjadi anaknya nelayan. Mereka berbondong-bondong menyekolahkan anaknya ke sekolah yang orientasinya bukan kelautan. Peranan ilmu kebaharian sangat penting. Propinsi DKI Jakarta sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut sehingga pendalaman ilmu kelautan sangat bagus diperkenalkan di sekolah-sekolah Jakarta. Perwakilan dari Dinas Pendidikan menyatakan ketertarikannya untuk memperkenalkan ilmu kebaharian kepada sekolah-sekolah di DKI Jakarta.
Pelajaran maritim harus disesuaikan dengan dunia murid TK, SD, SMP, SMA/K. Penyampaian materi kepada SLTA, tentu sangat berbeda dengan penyampaian kepada anak-anak TK.
Laksma (Purn) Joko Sasongko menyatakan sebenarnya ilmu kebaharian itu sudah berjalan sejak lama, bahkan sebelum ia lahir, ilmu kebaharian sudah ada, hanya penyampaiannya tidak sistemik, baru sampai ke tahap longitudinal.
Laksamana Pertama TNI Kingkin, Kadispotmar dan Pimpinan Pramuka Saka Bahari menyatakan bahwa pihaknya telah menyelanggarakan kegiatan pemuda untuk mengenal bahari. Termasuk, mengadakan perkemahan di pesisir. Biasanya kwarnas mengadakan kemah di hutan, kemudian minta ke Saka Bahari, kemudian dilaksanakanlah perkemahan pesisir, hasilnya sungguh sangat menarik lautan Indonesia.
DR. Dewi dari Dikdasmen Prov Jakarta, menyatakan bahwa telah lama sebelum itu, Tengku Syafii, Menteri Pendidikan pada Kabinet Syahrir, pernah mengadakan pendidikan guru di atas kapal laut selama 3 bulan dari Papua ke Jakarta.
Untuk menumbuhkan cinta bahari perlu untuk mengangkat tokoh-tokoh bahari, memperkenalkan para pahlawan kelautan, sampai kepada memperkaya lagu anak tentang laut. Di dalam menggelorakan ilmu kebaharian, ada baiknya kita mengutip pernyataan Filsuf Pakistan bernama Iqbal, ia mengatakan: "Bermula dari selokan kecil, jika ia dibebaskan secara dinamis dan mengembangkan dirinya maka ia akan menjadi deru ombak samudera luas."
Catatan Dudi Akasyah, saat menghadiri Focus Group Disscusion: Pelatihan Guru dan Tenaga Pendidikan, serta Penyusunan Materi Pembelajaran Pendidikan Longitudinal Kebaharian, di Ruang Rapat Gedung Pengurus Pusat Jalasenastri, pada Hari Rabu, 19 Februari 2014.
Analisis
Pada Hari Rabu saya menghadiri diskusi (sebagaimana tersebut di atas). Topik yang dibahas seputar urgensi ilmu kebaharian menjadi mata pelajaran di sekolah.
Berbicara bahari maka kita berbicara laut. Sebenarnya, saya lahir di pegunungan atau “orang gunung”, dengan demikian yang saya tahu adalah pertanian. Pada awalnya saya mengira di Indonesia itu hanya ada pertanian saja J. Jika ingat laut maka memori yang muncul hanya wisata ke laut, piknik, studi banding, atau tamasya akhir sekolah.
Pada awalnya, saya tidak akan berlama-lama hadir dalam diskusi tersebut, namun karena pertimbangan situasi yang mendukung akhirnya saya mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai akhir.
Niat saya pada saat itu, sekalian menggali “ilmu laut” dari para fakar yang pada saat itu banyak yang hadir, seperti dari TNI AL, LIPI, Dikdasmen Prov Jakarta, akademisi UNJ dan fakar yang lainnya.
Yang paling penting buat saya, meski awalnya saya kurang berminat, namun langkah awal bagi saya agar menikmati dan memperoleh manfaat dari diskusi tersebut adalah mengubah mindset saya, kemudian memberi  apresiasi, merenung, dan ikut menyelami khasanah.  Memang membutuhkan proses untuk lebih menjiwai.
Saya teringat bahwa di dalam Al-Qur’an banyak sekali menguraikan tentang situasi di darat dan di laut, termasuk Al-Qur’an menyampaikan betapa besar potensi daratan dan lautan bagi manusia (tetapi manusia harus menjaga keseimbangan, tidak eksploitatif melainkan lebih kepada mengambil manfaat serta menjaga kelestariannya dan keasriannya). 
 Allah SWT berfirman “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan untukmu, agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (Al-Qur’an Surat Annahl, 16:14)” Kemudian Allah berfirman “Apakah kamu tak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia (QS. Al-Hajj, 22:65). Dan banyak lagi ayat Al-Qur’an yang mengajak kita untuk memberi perhatian kepada karunia laut.
Setelah dibahas ternyata diskusi ilmu kebaharian telah membuka cakrawala berpikir saya untuk memberi porsi perenungan dan pemikiran  tentang dunia kelautan. Banyak hal menarik yang saya peroleh. Sebenarnya saya tahu bahwa Indonesia itu negara kepulauan, yang berarti wilayah lautnya luas, namun mindset saya pada saat itu hanya daratan, potensi darat saja.
Setelah saya menyimak materi yang disampaikan para ahli, saya paham bahwa ternyata potensi laut selama ini banyak saya lupakan, bahkan boleh jadi sebagian besar bangsa Indonesia masih belum memahami itu. Dan saya juga memperoleh dorongan dari Al-Qur’an yang sangat gamblang di dalam menyampaikan potensi kelautan. Bagi saya berbicara potensi laut, disamping potensi materi, juga potensi ilmu dan potensi tafakur, sebagai sarana untuk lebih menghayati kemaha-besaran Allah SWT.
Saya melihat bahwa peserta diskusi sangat antusias. Seperti dari Dikdasmen DKI Jakarta, Dinas Pendidikan, dari TNI-AL juga telah menyelenggarakan kegiatan pemuda cinta bahari. Mereka bersedia untuk membantu agar ilmu kebaharian dapat diserap oleh generasi muda Indonesia.
Diskusi seperti di atas sangat bagus sehingga perlu dilakukan secara kontinyu agar wawasan kelautan semakin tersosialisasi.
Saya mempunyai pendapat, alangkah baiknya jika menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan kelautan agar mereka juga dapat memfasilitasi agar para generasi muda Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengenal laut Indonesia, contoh: berlayar keliling nusantara. Sekarang ini yang sering terdengar programnya hanya dari TNI-AL saja, padahal banyak perusahaan kelautan yang mumpuni khususnya dilihat dari segi finansial guna mengajak masyarakat dan generasi Indonesia untuk mengenal laut. Ayo ke laut.
Wallahu a’lam bish shawab.

Catatan Dudi Akasyah, saat menghadiri Focus Group Disscusion: Pelatihan Guru dan Tenaga Pendidikan, serta Penyusunan Materi Pembelajaran Pendidikan Longitudinal Kebaharian, di Ruang Rapat Gedung Pengurus Pusat Jalasenastri, pada Hari Rabu, 19 Februari 2014.